Jumat, 11 Maret 2011

Pangeran Ke 3

KANJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARYA
MANGKUNEGARA III



 (Rangga Suryo/Rangga Surya/Ranggajaya/Pare Anom)

PENDAHULUAN
KGPAA Mangkunegara III lahir  16 januari 1803 dengan nama RM. Sarengat. Beliau merupakan putra dari keluarga  KPA. Natakusuma dan Gray.Sayati. Pangeran Natakusuma adalah putra dari KPA Kusumadiningrat dan Gray. Sayati adalah putri dari KGPAA. Mangkunegara II.

Ketika berumur 15 tahun RM.Sarengat memasuki pendidikan Kadet Mangkunegaran dan dari sini terlihat sekali minatnya pada bidang keprajuritan. Pada umur 18 tahun RM. Sarengat Bergelar Kanjeng Pangeran Riyo serta mendapat pangkat Letnan Kolonel dalam dunia keprajuritan.

Dalam usia 21 tahun Kanjeng Pangeran Riyo naik pangkatnya menjadi  Pangeran Arya Prabu Prangwadana. Pengangkatan ini sudah menjadi tanda bahwa beliau sudah disiapkan serta ditetapkan sebagai calon penerus tahta kerajaan.

Bersama dengan kakeknya Mangkunegara II, Pangeran Arya Prabu Prangwadana terjun dalam peperangan Jawa di perbatasan mangkunegaran dengan Yogyakarta yaitu di desa : Jatinom dan Kapurun. Perang Jawa yang merupakan perang Dipanegara membawa suatu kisah yang dilematis bagi Jawa karena bentrokan yang terjadi sebagian besar terjadi antar bangsa sendiri.

Pangeran Dipanegara yang mengambil spirit Pangeran Sambernyawa mampu mengobarkan perang Jawa yang menyeret kerajaan Jawa lainnya, padahal permasalahan perang bermula dari pertikaian dalam negeri Kasultanan Yogyakarta.

Mangkunegaran terseret dalam peperangan karena harus mengamankan perbatasan dan wilayah yang menjadi sasaran persembunyian dan manipulasi peperangan.

Bertahta Sebagai Mangkunegara

Pasca peperangan Jawa RM. Sarengat yang sudah bergelar Pangeran Arya Prabu Prangwadana ini mendapat penghargaan bintang militer berpangkat empat dan pada tahun 1835 kemudian duduk bertahta sebagai  Adipati di Mangkunegaran menggantikan kakeknya.

Pada tanggal 16 Januari 1843 beliau dinobatkan sebagai KGPAA. Mangkunegara III, yang bertepatan dengan kelahirannya 16 Januari 1803. Pada tahun 1843 itu beliau sudah mencapai umur 40 tahun, suatu umur yang disyaratkan untuk memegang tampuk pemerintahan dengan gelar KGPAA.Mangkunegara (yang ke 3).

Pemimpin Yang Sabar

Mangkunegara III yang memerintah dari 29 Januari 1835-27 Januari 1853 ini terkenal sebagai raja yang penyabar (SUARA MERDEKA, Semarang; Rabu, 24 September 2003).

Gambaran dari kesabaran sang Adipati diungkapakan oleh pujangga dalam tembang Gambuh sebagai berikut:
Lamun sirarsa rukun, lawan kadang sanak miwah karuh, hangluberna sih marma marang sasami, kang anom kudu miturut, kang tuwa wajib angemong.
Tegese ngemong iku, amot mengku anuju mrih sarju, aywa ladak ing ulat wuwus lan wengis, manis arum yen pitutur, hangongak wenganing batos.
Tegese kang miturut, nuting pangreh ing bener rahayu, eling-eling wong urip tan lawas lalis, den gayuh hayuning kayun, ywa tinggal ganda lir bosok.

Tembang Gambuh ini kalau kita perhatikan ada nuansa dan muatan tentang cinta kasih terhadap sesama yang merupankan suatu prasyarat terciptanya dan terpeliharanya suatu kerukunan.
Dalam tembang Gambuh ini ada beberapa pesan yang disampaikan oleh Mangkunegara III yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:

1.      Anjuran kerukunan diantara sanak saudara dan handai toulan dengan pelimpahan cinta sejati kepada sesama
2.      Anjuran kepada orang muda untuk memperhatikan dan menuruti nasehat orang yang lebih tua. Dan yang tua berkenan member bimbingan kepada yang lebih muda.
3.      Membimbing adalah pekerjaan yang tidak mudah dan untuk itu tugas membimbingsupaya dijalankan dengan bijaksana tanpa merendahkan yang dibimbing.
Kelemah lembutan adalah yang utam dibandingkan dengan kemarahan atau angkara murka karena dengan kelemah lembutan lebih dapat membuka batin seseorang yang tertutup oleh tabir tabir tertentu.
4.      kerukunan mesti dibina demi kehidupan yang lebih baik, di sini, sekarang dan selama-lamanya.

Butir-Butir Kata Bermakna Sebagai Warisan

Mangkunegara III sebagai Raja yang sabar dan rendah hati juga mewariskan butir butir kata yang penuh dengan makna yaitu; temen, mantep, gelem, nglakoni, aja kagetan, aja gumunan (Buku Pangetan Khol Tahunan Sri Mangkunegara III) yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.      Temen

Temen berarti bersungguh sunguh dan jujur alias tidak berpura pura, serius dan selalu waspada serta tidak menganggap remeh pihak lain. Dalam pengawasan atau tidak seseorang itu akan menjalankan tugas dan kewajiban yang dipercayakannya dengan seksama dan penuh tanggung jawab.
2.      Manteb

Berarti memiliki jiwa  setia dan teguh. Seorang yang mantep tidak mengabaikan apapun yang sudahmenjadi kesanggupannya. Ia akan selalu berusaha menunaikan janjinya tanpa gerutu dan sesal. Semua dilakukan dengan setia, teguh, tanpa menanggalkan kewaspadaan, tidak membanding-bandingkan, tidak iri hati terhadap perolehan orang lain
Seorang yang mantep tak mudah menyerah, bosan atau putus asa dalam perjuangan meraih cita-citanya.
3.      Gelem

Berarti mau, bersedia. Seorang yang bersikap gelem tidak merasa segan maupun takut untuk menunaikan tugas-tugasnya, bahkan yang berat dan berbahaya sekalipun. Ia tidak pernah ragu dalam menunaikan tugasnya, tidak pernah menggerutu, penuh harap dapat menunaikan semua pekerjaannya dengan baik. Ia teguh dalam tekadnya.
4.      Nglakoni

Kesediaan nglakoni merupakan konsekuensi dari gelem. Segala tindakan orang yang nglakoni disesuaikannya dengan situasi dan kondisi setempat (empan papan). Ia tekun, sabar, dan tak berhenti menyesuaikan dirinya dengan kebutuhan tugasnya, pandai membedakan mana yang perlu dan yang tak perlu. Ia tidak gemar mencampuradukkan segala sesuatu.
Seorang yang nglakoni dapat menerima suka-duka kehidupan, menghindari pamrih (kepentingan pribadi). Hatinya selalu bersih, rela, dan tidak suam-suam kuku (hangat-hangat tahi ayam). Semua tugas yang dibebankan kepadanya dilaksanakannya dengan bersungguh-sungguh agar dapat diselesaikannya dengan baik. Orang yang nglakoni tidak mudah merasa sengsara dalam menjalani kehidupannya.



5.      Aja Kagetan

Berarti “Jangan mudah terperanjat!” Nasihat ini mengandaikan pengetahuan bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari perilaku dan perbuatan kita sendiri. Keinsyafan bahwa hidup di dunia ini dikuasai oleh peradilan gaib yang abadi, menjadikan kita sabar dalam menghadapi gejolak kehidupan.

6.      Aja Gumunan

Berarti “Jangan mudah heran/ takjub!” Kebahagiaan dan nasib baik seseorang adalah anugerah Allah, sesuai dengan kesungguhan hati penerimanya. Seorang yang tidak mudah heran/ takjub menyadari bahwa ia adalah makhluk ciptaan Allah Mahapengasih. Permohonan kepada-Nya selalu disertai kesungguhan hati, kejujuran, dan usaha yang tak kenal menyerah. Keberhasilan dan keberuntungan disyukurinya sebagai anugerah Allah sehingga tak pernah menjadikannya iri terhadap sesamanya.

Wayang Purwa

Mangkunegara III memiliki minat yang dalam terhadap kesenian wayang purwa yang berinduk pada kitab Mahabarata dan Ramayana. Pada masa pemerintahannya pujangga kerajaan diperintahkan untuk menyalin kembali kitab serat Dewa Ruci yang menjadi dasar bagi Mangkunegara berikutnya menuntas sempurnakan kitab kitab pewayangan dalam pedhalangan yang  menjadi acuan bagi para dhalang.

Referensi:

1.       SUARA MERDEKA, Semarang: 24 September 2003
2.       Khol Agung Mangkunegara III
3.       Berbagai Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar