Jumat, 11 Maret 2011

Pangeran Ke 8

KANJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARYA
MANGKUNEGARA VIII

Oleh : Rangga Surya

PENDAHULUAN

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara  lahir di Kartasura 7 April 1925. Bertahta di Istana Mangkunegaran dari tahun 1944 sampai tahun 1987. Adipati Mangkunegara ke VIII ini secara langsung mengalami transformasi kekuasaan dan iklim politik yang menggerus dan berdampak pada keberadaan Mangkunegaran sebagai suatu Monarki Jawa.

Dukungannya terhadap Republik Indonesia begitu Indonesia memproklamasikan diri tanggal 17 Agustus 1945 adalah suatu fakta yang menjadi tenggelam bersama dengan penyakit lupa akan sejarah local yang menjadi embrio dan inspirasi.

Dalam jaman pergerakan dan transformasi di Indonesia  pra dan sesudah 1945, kelompok kelompok yang tidak menghendaki hadirnya monarki di jawa menemukan bentuknya dalam berbagai kelompok yang hanya kemudian bias ditengarai sebagai usaha adanya likuidasi kekuasaan dan corak budaya tertentu.

Perjuangan Mangkunegara VIII dalam krisis keberadaan Istana Mangkunegaran dijalaninya dengan menempuh jalan yang formal seperti ketika mempersoalkan asset asset Mangkunegaran yang diambil alih pengelolaannya oleh pemerintah tanpa pembicaraan. Meski kemudian ternyata kalah dalam pengadilan, SriMangkunegara VIII tetap menjalankan roda monarki Mangkunegaran dengan berbagai upaya dan usaha. 

Mangkunegaran sebagai sebuah pusat kesenian Jawa dan pengetahuan dengan perpustakaan kuno nya adalah “mutiara” yang ditenggelamkan dalam lumpur. Sekalipun berkubang dalam lumpur, bila saatnya untuk bersinar tiba maka lumpur yangmembungkus tidak akan mampu untuk mengurangi keberadaannya.

Bidang Kesenian

Sri Mangkunegara VIII dalam kancah kesenian sangat berjasa dalam menggali kembali Tarian Bedaya Anglir Mendung, sebuah tarian ciptaaan Mangkunegara I yang menghilang. Pada tahun 1970 oleh Mangkunegara VIII di gali kembali dan dihidupkan.

Selain menggali kembali Tarian Bedaya Anglir Mendung, penguasa ke VIII istana Mangkunegaran ini juga menciptakan sebuah tarian kerakyatan yang disebut sebagai Tari Gambyong. Tari Gambyong Retno Kusumo yang diciptakan KGPAA Mangkunegara VIII adalah sejenis tarian untuk pergaulan masyarakat. Tarian ini memiliki teknik gerak dan irama serta pola kendhangan yang rumit, menampilkan tari yang luwes dan menarik. (Kompas, Jumat, 3 Juli 2009).

Mangkunegara VIII selain piawai dalam seni tari, beliau juga seorang guru gamelan seperti yang dituturkan dalam pemberitaan media cetak; 

Sejak tahun 1960, Dasah tertarik bekerja sebagai pembuat gamelan. Ia memberanikan diri masuk ke besalen (tempat pembuatan gamelan) di Pura Mangkunegaran Sejak tahun 1960, Dasah tertarik bekerja sebagai pembuat gamelan. Ia memberanikan diri masuk ke besalen (tempat pembuatan gamelan) di Pura Mangkunegaran  Surakarta dan berguru kepada empu gamelan keraton, Guno Pawiro Sutomo. Saat banjir besar melanda Solo tahun 1966, Dasah berhenti bekerja sebagai perajin gamelan dan kembali bekerja pada juragan batik di Kauman. Lima tahun kemudian, setelah menikah, Dasah kembali ke gamelan. Kali ini ia serius mendalami gamelan, dengan menimba ilmu pembuatan gamelan pada beberapa empu gamelan di Surakarta. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara VIII, menurut Dasah, adalah guru gamelan yang luar biasa (KOMPAS, Selasa, 1 Desember 2009). “

Pemerintahan di Istana Mangkunegaran

Dewan Iradat Mangkunegaran dibentuk oleh Mangkunegara VIII pada tahun 1978 dengan tugas mendampingi sang Adipati dalam menjalankan tugas sehari hari. Dewan ini dibentuk sebagai pengganti dari kefungsian seorang patih di Mangkunegaran (TEMPO; 23 Juli 1983).

Selain dewan Iradat di Mangkunegaran masa Mangkunegara VIII juga ada Himpunan Kerabat Suryasumirat (HKMN) yang mampu memberikan peranan ada bagi Istana.

Dalam masa Republik ketika Mangkunegaran gagal mencapai keistimewaan untuk wilayahnya, Mangkunegara VIII aktif di bidang politik dan kebudayaan.

Dalam bidang politik Mangkunegara pernah mendirikan Partai KENDIL dengan para pemilih kebanyakan kerabat dan kawula Mangkunegaran, tetapi gagal dalam mencapai perolehan suara yang significant.

Terpaan jaman yang membuat krisis keberadaan Mangkunegaran oleh Mangkunegara VIII dapat dilewati sampai penyiapan calon Mangkunegara penggantinya siap di tahta yang ditinggalkannya.

Referensi
1.      TEMPO; 23 Juli 1983
2.       KOMPAS, Selasa, 1 Desember 2009
3.      Kompas, Jumat, 3 Juli 2009

10 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar