Selasa, 31 Agustus 2010

Getaran Orang Sudah Meninggal

JAM 24.00 tengah malam, seorang teman mengajak saya untuk menemani melakukan ziarah ke makam Pangeran Sambernyowo, pendiri Dinasti Istana Mangkunegaran, Solo, yang disemayamkan di Astana Mangadeg Matesih, Karanganyar, Tawangmangu. Teman itu tidak menjelaskan secara rinci tujuannya, dia juga bukan trah dari Mangkunegaran, maka sungguh aneh keinginannya kali ini begitu menggebu, karena saya tahu dia datang dari Jakarta, kalau tidak ada maksud tersembunyi buat apa jauh-jauh mengunjungi makam malam hari dengan mendadak? Tapi saya tidak perlu bertanya lebih jauh, menemaninya saja dan bercerita tentang banyak hal, kecuali tujuannya itu, siapa tahu nanti setelah usai ziarah baru dia mau bercerita?

     Saya tidak ingin menceritakan secara rinci lokasi dan sejarah makam tersebut, saya berusaha menikmati malam yang begitu sepi seusai hujan tadi di daerah pegunungan ini. Setelah menapaki tangga dan menemui juru kunci, kami memakai beskap sebagai syarat untuk bisa memasuki makam utama. Teman saya itu langsung masuk ke ruangan makam Pangeran yang lain sebelum ke makam utama yaitu makam Pangeran Sambernyowo, makam yang berlantai marmer dan nisan yang sama, suasananya menegangkan, sepi, dingin, dan rasanya begitu banyak suara-suara aneh yang bercampur dengan suara binatang malam.
 
     Setelah melakukan sembah di depan kamar, teman saya itu masuk, saya mengikuti saja di belakangnya. Dia bersila di depan nisan itu, menghaturkan sembah lagi dan mulutnya komat-kamit. Bau wangi dupa dan kembang tujuh rupa menyergap hidungku, menambah seram rasanya. Saya pun ikut memejamkan mata, mulutku tidak komat-kamit, hanya batinku berdoa seperti doa yang diajarkan Yesus. Ketika memasuki makam utama, makam Pangeran Sambernyowo, kami melakukan ritual yang sama.

     Keanehan terjadi, tiba-tiba saya merasakan suatu getaran yang membuat kepalaku berdenging, semakin keras dan rasanya seperti bergoyang semua tubuhku. Tak kuat rasanya, langsung saja aku membuka mata, anehnya getaran itu langsung menghilang, dan teman saya juga sudah menghilang. Sial bener, aku rupanya ditinggal sendirian, dia sudah pindah masuk ke makam yang lain. Aku pun tidak mengikuti, hanya duduk di luar saja sambil bersedekap, mengingat obrolan yang kami lakukan dengan seorang paranormal beberapa waktu lalu.

     Menurutnya, di antara benda yang pernah hidup pasti memiliki getaran atau ETHER atau DAYA MAGNETIK yang berwujud energi supranatural, di antara yang memiliki itu adalah MAYAT. Namun setiap mayat memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Konon, mayat zaman sekarang kandungan energinya lebih lemah dibandingkan mayat zaman dulu. Ini dinilai dari sifat kehidupan manusia yang semakin modern semakin materialistis. Maka ada yang mengatakan, mayat zaman dulu lebih kuat ketimbang mayat zaman sekarang, lantaran adanya kriteria nyata atau maya, baik atau buruk, dangkal atau dalam, dan menyatu atau renggang dengan kekuatan tanah.

     Ini bisa kita rasakan bila anda masuk ke kuburan, pastinya merasakan suasana lain dibanding di luar kuburannya. Hal ini disebabkan bersliwerannya getaran dengan berbagai kekuatan yang ada di atas tanah pekuburan. Tentu saja masing-masing mayat memiliki getaran berbeda, tergantung ether peziarah dalam merasakannya. Hal inilah yang sering saya rasakan ketika berada di setiap makam yang pernah saya ziarahi.

Itulah sebabnya maka Injil telah diberitakan juga kepada orang-orang mati ,  supaya mereka, sama seperti semua manusia, dihakimi secara badani; tetapi oleh roh dapat hidup menurut kehendak Allah.(1 Ptr 4:6)

     Manusia mati hanya jasmaninya saja, tapi rohnya tetap hidup. Nah, getaran orang yang semasa hidupnya mempunyai kesaktian, energinya sangat terasa, hal ini hanya bisa ditangkap oleh mereka yang mempelajari ilmu batin. Katanya, kesaktian seseorang tetap menempel di jiwanya walau sudah mati.

     "Makam di daerah tinggi getarannya lebih hebat dibanding kuburan di daerah rendah," begitu urai seorang paranormal yang berdomisili di Keraton Solo tanpa merincinya lebih dalam. Barangkali saja, tanah dataran tinggi memiliki kualitas penyerapan daya lebih banyak ketimbang dataran rendah. Namun getaran di kuburan katanya datangnya tidak cuma dari mayat saja, juga dari penghuni "yang lain". Nisan juga memiliki getaran, tergantung siapa yang dikubur. Bila yang dikubur orang sakti, maka nisannya memiliki energi sakti juga.

     Dari pengalaman saya di atas, getaran mayat ternyata bisa mempengaruhi peziarah. Bisa positip maupun negatip. Berziarah ke kuburan tokoh dunia hitam, konon bisa berpengaruh pada jiwa peziarah. Namun getaran tokoh sakti yang mengeluarkan energi dapat bermanfaat juga, tentu dengan ilmu khusus. Persoalannya, memanfaatkan energi supranatural mayat bisakah dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan?

Dunia orang mati dan kebinasaan tak akan puas,  demikianlah mata manusia  tak akan puas.(Ams 27:20)
Sebab juga Kristus telah mati sekali  untuk segala dosa  kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah;  Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia,  tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, (1 Ptr 13:18)
Sumber : Tante Paku Blog's

Tidak ada komentar:

Posting Komentar