Rabu, 30 Maret 2011

KGPAA. Mangkunegara IV Dalam Tulisan

PERGULATAN BELANDA DENGAN MANGKUNEGARAN MASA MANGKUNEGARA IV (1)

Mangkunegara IV mewarisi Mangkunegaran sebagai sebuah Kadipaten yang otonom. Pada mula didirikan dengan perjanjian Salatiga 17 maret 1757, Mangkunegaran mengenal konsep wilayah dan konsep pemerintahan. Dalam konsep pemerintahan wilayah kadipaten Mangkunegaran merupakan tanah tanah Kasunanan yang dikuasai oleh Mas Said sebagai Pangeran di Kadipaten Mangkunegaran. Sebagai konsep wilayah, Mangkunegaran menguasai tanah tanah Kasunanan tetapi tidak mempunyai hak milik karena pemilik yang diakui sebagai pewaris Mataram di wilayah Surakarta adalah Kasunanan.

Pada tahun 1792 Paku Buwono IV dari Kasunanan menanda tangani bersama kasultanan dan Belanda bahwa tanah tanah yang dikuasai kadipaten Mangkunegaran menjadi hak milik dan keturunan Pangeran yang bertahta dapat mewarisinya baik tahta pemerintahan maupun tanah tanah kekusaannya.

Pada masa Mangkunegara I pendapatan Praja Mangkunegaran berasal dari pajak tanha dan kompensasi kompensasi dari Kompeni/Belanda untuk membiayai keluarga raja dan para abdi dalemnya.

Tampilnya Mangkunegara IV kepanggung dalam struktur kekuasaan Jawa telah menohok dengan telak suatu mitos dan image orang Eropa terutama belanda bahwa orang Jawa adalah orang yang tidak memiliki kemampuan dalam soal dagang dan perekonomian.

Dalam soal dagang Praja Mangkunegaran telah memulai suatu usaha awal pada jaman Mangkunegara I yang memulainya dengan menghasilkan produk produk yang dapat dijual kepada VOC untuk pemasukan keuangan Kerajaan. dalam suratnya bertahun 1792 Mangkunegara I mengajukan permintaan kepada Belanda untuk memberi pengetahuan kepada rakyatnya cara cara penanaman lada dan nila. kelak di kemudian hari apa yang telah dirintis oleh pendiri Praja ini dilanjutkan oleh keturunannya.

PERGULATAN BELANDA DENGAN MANGKUNEGARAN MASA MANGKUNEGARA IV (2)

Setelah dalam bidang Militer terpenuhi dan kuat (dimulai jaman Mangkunegara II), Mangkunegaran memastikan jati dirinya dengan memulai langkah rintisan pengembangan kebudayaan dan Mangkunegara III tampil merintis pengembangan seni wayang purwa dengan tokoh utamanya Dewa Ruci.
Seakan merekonstruksikan para pendahulunya, Mangkunegara IV yang tampil sebagai penguasa Mangkunegaran (1853-1881) mengkonstruksikan bidang Militer-perekonomian dan Seni Budaya menjadi Jaman keemasan Jawa.

Mengapa di katakan sebagai jaman keemasan Jawa? Mangkunegaran didirikan bukan semata karena perpecahan Mataram belaka melainkan sudah menjadi takdir bahwa mangkunegaran berdiri untuk memulihkan kembali secara sistematis segala apa yang hilang dari Jawa.

Militer, Perdagangan-ekonomi, Seni Budaya (yang didalam nya mengandung konsep peradaban dan kearifan lokal) adalah milik orang Jawa nusantara yang terancam musnah dengan kehadiran Belanda di blantika percaturan perpolitikan kekuasaan Jawa dan Nusantara ini.

Mangkunegara IV memulai usaha bisnis kerajaan nya dengan usaha perkebunan tebu sebagaoi pilihan rasional. rasionalitas pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa tanaman tebu merupakan suatu tanaman yang sudah terbiasa ditanam di wilayah jawa Mataram sehingga rakyat yang terlibat dalam perkebunan tidak perlu diwejang ulang untuk cara cara menanamnya.disamping itu dengan usaha perkebunan tebu Mangkunegara IV mampu melihat peluang bisnis yang terhampar di depannya karena pasaran gula dunia internasional dan dalam wilayah perdagangan Belanda sedang naik daun. Mangkunegara IV mampu untuk melihat bagaimana mengelola Praja dengan pengelolaan yang baik yaitu tersedianya dana yang memadai untuk ppenyelenggaraan Praja.Mangkunegara IV menyadari bahwa pendapatan kerajaan yang menggantungkan pajak tanah dan kompensasi kompensasi dari belanda kurang memadai untuk Mangkunegaran yang mengemban misi pemulihan kembali segala yang hilang dari Jawa.

Usaha Mangkunegara IV dalam bidang industri gula adalah cara dari MN IVuntuk memperluas kebebasan dari pengaruh Kasunanan dan Belanda yang akan menampilkan secara riil dan telak bahwa "Mangkunegaran" beda dengan Kraton yang lain.

Penampilan riil yang beda dari yang lain ini menampilkan suatu mision bahwa Mangkunegaran selain otonom juga tangguh dalam mengurus kerajaan tanpa ketergantungan telak kepada Belanda. keotonoman Mangkunegaran ini secara umum dapat diketahui dan dimengerti ketika di wilayah hindia belanda ini diterapkan Sistem Tanam Paksa maka tanah tanah dan rakyat di wilayah Mangkunegaran tidak terkena sistem tanam paksa alias bebas.

Mangkunegara IV mengembangkan sistem ekonomi dan kebudayaan sebagai representasi Jawa-Nusantara bahwa orang orang di Nusantara ini selain terkenal sebagai pelaut dan pedagang juga mahir dalam olah seni....

Sampai disini dulu nanti dilanjut..

PERGULATAN BELANDA DENGAN MANGKUNEGARAN MASA MANGKUNEGARA IV (3)

Kehadiran Belanda dalam perdagangan di nusantara ini lebih lebih di Jawa sebagai Kongsi dagang dengan hak hak istomewa dari pemerintahan Kerajaan Belanda membawa konsekuensi lebih jauh bahwa kongsi dagang ini dalam hubungan dengan kekuasaan di nusantara bertindk dan berperan layak nya negara.

Di Jawa dalam percaturan politik kerajaan Mataram yang sudah terbagi itu, Belanda langsung tidak langsung diakui sebagai penengah akhir dari perseteruan dan konflik yang terjadi antar dinasti.Belnada bertindak sebagai penengah dan kadang juga pendukungdari salah satu dinasti sesuai dengan situai dan kondisi yang menurut penilaian dari pihak Belanda membawa nilai keuntungan.

Mangkunegara IV sebagai Raja Pendeta menjabarkan nilai nilai pemerintahan yang dipegang dan dijalankannya selaras dengan warisan kakek moyangnya Panembahan Senopati yang digambarkannya sebagai "Wong Agung".

Belanda dalam konsep pemeintahan dan kekuasaan selalu mengacu pada tanah leluhurnya di Eropa dan paham yang dibawa nya adalah paham Eropa. dalam pada itu Paham yangdibawa oleh belanda bertemu dengan paham Jawa yang terpersonifikasi dalam figur mangkunegara IV.

"Nulodho trah utomo Wong Agung Ngeksigondo". Paham wong agung ini dalam konsep barat berpijak pada pemahaman filsafat Nietczhe yang menggali pada paham yunani kuno bahwa suatu masyarakat yang ideal adalah dipimpin oleh seorang aristokrat, karena aristokrat adalah manusia terpilih dari kalangan terpilih.

Konsep 'Wong Agung" ini juga menjabarkan bahwa keberadaan wong agung adalah perpaduan antara keberanian, pengetahuan dan kecerdasan.
Mangkunegara IV melengkapi konsep wong agung dengan jabaran tentang hakekat manusia hidup harus memiliki pegangan pada tiga hal; Harta, Jabatan, Ilmu. Manusia harus memiliki satu diantara tiga kalau tidak mampu untuk memiliki ketiga nya.

Jabaran Mangkunegara IV ini lantas diterapkan dalam konsep membangun Praja Mangkunegaran hingga menampilkan "sosok" suatu pusat kekuasaan dan budaya Jawa yang berbeda dengan yang lainnya. Keperbedaannya dengan yang lain ini menjadikan Mangkunegaran dibawah kepemimpinan Mangkunegara IV memiliki ke khas an sebagai kerajaan yang menonjol dalam bidang ;Ekonomi, Sastera,Militer dan pemerintahan...

(bersambung)

PERGULATAN BELANDA DENGAN MANGKUNEGARAN MASA MANGKUNEGARA IV (4)

Mangkunegara IV tampil dengan geliat ekonomi, kebudayaan dan pemerintahan yang kuat bukannya tanpa latar belakang. Apa yang dilakukan oleh Mangkunegara IV yang bernama Raden Mas Sudiro dimasa remajanya, tidak lepas dari bimbingan kakeknya (Mangkunegara II) dan kakak sekaligus mertuanya Mangunegara III.

Dari Kakeknya Raden Mas Sudiro diterjunkan dalam pengalaman langsung kemiliteran di perbatasan Yogyakarta dan Mangkunegaran (wilayah Jiwan) sebagai perwira yang bertanggung jawab terhadap keamanan wilayah dari imbas perang Jawa (Diponegara). raden mas Sudiro menjalankannya dengan begitu baik dan oleh kakeknya kemudian diserahi mengurus keprajaan sebagai patih lebet.

Pada masa Mangkunegara III Raden Mas Sudiro dipersiapkan oleh Kakaknya (MN III) untuk belajar kepada R.Ng. Ronggowarsito bersama sahabatnya C.F. Winter. dari persahabatan tiga serangkai di Solo ini kemudian ada semacam ikatan persahabatan dan hati antar ketiganya, lebih lebih Raden Mas Sudiro sebagai seorang sahabat mampu untuk bisa menjadi curhat bagi Ronggowarsito dalam hal kehidupan keluarganya. Persahabatan memang menumbuhkan segala sesuatu menjadi baru, Winter yang orang Belanda menjadi sahabat yang kadang bisa menjadi lebih semakin Jawa dan dari Winter pula Raden Mas Sudiro banyak mendapat masukan informasi tentang perkembangan dunia Eropa pada umumnya termasuk dalam hal telhnologi.

Semangat dan spiritualitas para pendahulu dan teladan dari leluhurnya menjadi obor dan semangat yang senantiasa menyala bagi Raden Mas Sudiro untuk memajukan dan unggul dalam percaturan. semangat kerja dengan dasar spiritualitas perasaan "senang" yang didapatnya dari tugas tugas kemiliteran begitu menjiwainya sehingga spiritualitas ini begitu ditransfer dalam areal aktivitas yang lain mampu mewujudkan sikapp disiplin dan tepat sasaran dan program program yang sudah direncanakan.

Belanda dalam kehadirannya di Jawa dan Nusantara ini membawa suatu kekuatan; ekonomi-perdagangan, militer, dan juga kebudayaan.Pergulatan saling pengaruh mempengaruhi untuk otonom dan menguasai mewarnai ceritera ceritera kehadiran Eropa di Surakarta.

Dalam lapangan ekonomi dengan tampilnya Mangkunegaran sebagai usahawan-bisnis, melengkapi pemahaman kekuasaan khas timur bahwa antara ekonomi dan kekuasaan adalah kekuatan yang saling memberi. Kekuasaan mampu mengatur dan memaksakan suatu usaha ekonomi untuk memonopoliatau sebaliknya sedang ekonomi mampu memberi topangan dan dukungan yang vital bagi keberlangsungan dan kewibawaan suatu pemerintahan dan kerajaan...

(bersambung)

PERGULATAN BELANDA DENGAN MANGKUNEGARAN MASA MANGKUNEGARA IV (5)

Sistem Tanam Paksa yang dijalankan oleh pemerintah Kolonial di Tanah Jawa sebagai cara untuk memperoleh penyerahan wajib atas hasil bumi pada periode 1830-1870 tidak dapat diterapkan di wilayah Kerajaan yang masih dianggap memiliki kekuasaan dan wilayah kerajaan yang memiliki kekuasaan ini adalah MANGKUNEGARAN.

Mangkunegaran menjadi satu satu nya wilayah di tanah Jawa yang tidak terkena penerapan sistem Tanam Paksa.Mangkunegaran menjadi wilayah bebas dan sebagai tanah tanah di pedalaman Jawa yang agraris, tanah tanah Mangkunegaran memiliki potensi perkebunan dan pertanian yang handal. tanah tanah yang sebelumnya disewa kontrak oleh orang orang belanda atau Cina, Oleh Mangkunegara IV ditarik kembali dan difungsikan sebagai usaha perkebunan dan pertanian yang hasilnya dapat dijual di pasaran dunia.

Dalam jamannya pula Mangkunegara IV mulai memproduksi peralatan rumah tangga dan furniture untuk kebutuhan suatu keluarga dalam satu rumah untuk rakyatnya. Pande besi seperti Gunapawoko dan Gunadahana tidak ketinggalan pula bersama sang raja mengukir nama untuk kemajuan negeri. Mangkunegara menjadi bersinar dengan kemajuannya dalam bidang ekonomi, sastera dan militernya.

Pilihan rasional yang dipilihnya telah menancapkan tonggak bagi penerusnya untuk selalu menjadikannya tangguh.Untuk pendidikan bagi rakyat dan kerabatnya, Mangkunegara IV mewajibkan setiap pegawi kerajaan untuk mengikuti dan menjalani pendidikan wajib kemiliteran sekurang kurangnya enam bulan.Belakangan kita tahu bahwa suatu negara bila menuju menjadi negara industri memiliki persyaratan adanya wajib militer bagi warganegaranya.

Wajib militer yang dijalankan Mangkunegara IV bagi warganegara kerajaan telah memulai suatu model percontohan bagi Negara Moderen Republik Indonesia bahwa untuk pegawai pegawai negara dalam bentuk yang bervariasi maka hal hal yang menyentuh dunia kemiliteran senantiasa diterapkan untuk membekali para calon pegawai memasuki dunia kerjanya dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin tinggi.

Perubahan mendasar masa Mangkunegara IV terdapat pada bidang-bidang; struktur organisasi birokrasi, kebijakan sebagai penguasa, penataan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan militer. Sri Mangkunegara IV mampu mensejajarkan diri dan berdampingan dengan praja kejawaan besar yang ada pada waktu itu, yakni Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kasultanan Yogyakarta Hadining­rat, dan Pura Pakualaman.


Sulung Prabuwono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar